Senin, 11 Mei 2020

Perubahan Masyarakat Indonesia pada Masa Penjajahan dan Tumbuhnya Semangat Kebangsaan


A. Kedatangan Bangsa-bangsa Barat ke Indonesia
1. Latar Belakang Kedatangan Bangsa Barat
a). Daya Tarik Indonesia bagi Bangsa Barat
Bangsa-bangsa Barat membutuhkan rempah-rempah, contoh: Cengkeh, Merica, Kemiri & Pala karena persediaan di Eropa sangat terbatas. Rempah-rempah bagi bangsa-bangsa Eropa dapat digunakan untuk mengawetkan makanan, bumbu masakan, dan obat-obatan.
b). Motivasi 3G
  1. Gold = Kekayaan
  2. Glory = Kejayaan
  3. Gospel = Penyebaran Agama
c). Revolusi Industri
  1. Revolusi industri merupakan salah satu pendorong Imperialisme modern.
  2. Berkembangnya revolusi industri menyebabkan bangsa-bangsa Barat memerlukan bahan baku yang lebih banyak.
  3. Salah satu pengaruh Revolusi Industri yang sangat terasa adalah dalam kegiatan transportasi. Penemuan Mesin Uap yang dapat dijadikan mesin penggerak perahu merupakan teknologi baru pada masa tersebut.
  4. Revolusi Industri didukung berbagai penemuan lain, seperti kompas, mesin pemintal, dan sebagainya. Penemuan-penemuan tersebut memicu bangsa-bangsa Barat untuk melakukan berbagai penjelajahan ke wilayah lain.
2. Kedatangan Bangsa-bangsa Barat ke Indonesia

a). Armada Portugis ke Maluku mencari sumber rempah-rempah dipimpin oleh Antonio de Abreu dan Francisco Serrao pada tahun 1512
b). Inggris (EIC) terdesak oleh Belanda di Nusantara sehingga menyingkir ke India dan Asia Timur
c). Belanda di Jayakarta
  1. Pada tahun 1596, armada Cornelis de Houtman tiba di Pelabuhan Banten melalui Selat Sunda lalu muncul ekspedisi lainnya termasuk EIC (Kongsi dagang Inggris) ke Indonesia.
  2. Untuk mencegah persaingan yang tidak sehat, pada tahun 1602 didirikan Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) atau Perserikatan Maskapai Hindia Timur.
  3. Pengaruh ekonomi VOC pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen semakin kuat dengan dimilikinya hak monopoli perdagangan. Masa inilah yang menjadi dasar perluasan kekuasaan Belanda selanjutnya (Imperialisme dan Kolonialisme).
B. Kondisi Masyarakat Indonesia pada Masa Penjajahan
1. Monopoli
  • Pada awalnya, VOC meminta keistimewaan hak-hak dagang. Tapi, dalam perkembangannya menjadi penguasaan pasar (monopoli). VOC menekan para raja untuk memberikan kebijakan perdagangan hanya dengan VOC. Akhirnya, VOC bukan hanya menguasai daerah perdagangan, tetapi juga menguasai politik atau pemerintahan.
  • Belanda memaksa kerajaan-kerajaan di Indonesia untuk menandatangani kontrak monopoli dengan berbagai cara. Salah satu caranya adalah politik adu domba (Devide et Impera).
  • VOC mengalami kebangkrutan pada akhir abad XVIII. Korupsi dan manajemen perusahaan yang kurang baik menjadi penyebab utama kebangkrutan VOC. Akhirnya, pada 31 Desember 1799, VOC dibubarkan. Mulai tanggal 1 Januari 1800, Indonesia menjadi jajahan Pemerintah Belanda (masa Pemerintahan Hindia Belanda).
2. Kerja Paksa
  • Kerja paksa (Kerja Rodi) pada masa pemerintah Belanda banyak ditemukan di berbagai tempat. Banyak penduduk yang dipaksa menjadi budak dan dipekerjakan di berbagai pembuatan jalan, perusahaan tambang ataupun perkebunan.
  • Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels yang memerintah tahun 1808-1811, melakukan berbagai kebijakan seperti pembangunan militer, jalan raya, perbaikan pemerintahan, dan perbaikan ekonomi. Salah satu kebijakan yang terkenal dan buktinya dapat disaksikan hingga masa sekarang adalah pembangunan jalan Anyer-Panarukan (Jalan Raya Pos).
3. Sewa Tanah
  • Salah satu kebijakan terkenal pada Masa Pemerintahan Thomas Stamfort Raffles (Inggris) adalah sistem Sewa Tanah.
  • Sistem Sewa Tanah lebih ringan dari sistem Tanam Paksa, tetapi tetap memberatkan rakyat. Sistem sewa tanah menggambarkan seakan-akan rakyat tidak memiliki tanah, padahal tanah tersebut adalah milik rakyat. Hasil sewa tanah juga tidak seluruhnya digunakan untuk kemakmuran rakyat. Hasil sewa tanah tersebut sebagian besar digunakan untuk kepentingan penjajah.
4. Tanam Paksa
  • Pada tahun 1830, Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang ke-43 Johannes Van Den Bosch (Belanda) menerapkan sistem Tanam Paksa (Cultuur Stelsel). Kebijakan ini diberlakukan karena Belanda menghadapi kesulitan keuangan akibat perang Jawa atau Perang Diponegoro (1825-1830) dan Perang Belgia (1830-1831).
  • Ketentuan kebijakan Tanam Paksa yang diberlakukan pemerintah Hindia Belanda sangat memberatkan masyarakat Indonesia. Apalagi, pelaksanaannya penuh dengan penyelewengan sehingga semakin menambah penderitaan rakyat Indonesia.

Sabtu, 09 Mei 2020

JEJAK RAMADHAN (2)


Berkah Corona

Rina melihat jam yang tertempel di dinding dan tersentak kaget. "Aduh sudah jam 12.18. Astaghfirullah. Aku belum salat zuhur."

Sejak tadi Rina sibuk membereskan tumpukan pakaian yang baru saja selesai ia setrika. Sudah dua hari, ia tidak sempat menyetrikanya.

Wanita yang terbiasa salat di awal waktu itu bergegas menuju tempat wudu yang terletak di samping mihrabnya. Tempat salat yang ia namai mihrab hanya berukuran 2 x 3 meter. Cukup untuk berjamaah keluarga kecilnya. Ada lemari kecil tempat penyimpanan Al Qur'an dan beberapa peralatan ibadah lainnya.

"Buk, Dino ikut salat!" Kedatangan Dino mengejutkan Rina.

Memang begitu kebiasaan Dino setiap tahu ibunya salat. Kemudian ia berlari kecil mengambil sarung celana hadiah ulang tahun dari bapaknya.

"Eiiits, sudah berwudu?" Rina mengingatkan Dino yang tiba-tiba berdiri di sampingnya.

Dino menepuk jidatnya sendiri. "...oh, iya!"

Ketika Rina selesai menggantung mukena, samar terdengar suara menari-nari di udara dari pinggir jalan. Seolah sedang merayu-rayu ibu-ibu penduduk kampung. "Yur... Sayuuur... Yuuur... Sayuuuurrrr...."

Pertanda penjual sayur sudah datang. Penjual yang biasa disapa dengan panggilan Mbak Rumi itu merupakan tetangga Rina yang tinggal di RT sebelah. Sudah hampir lima tahun ia berjualan keliling. Tapi dengan adanya wabah pandemi Covid-19 yang menghantam berbagai negara di dunia belakangan ini, ia hanya dibolehkan menjajakan dagangannya di kampungnya sendiri. Untuk mengurangi kontak dengan orang banyak.

Mulai sebulan yang lalu, penampilan Rumi pun berubah. Sudah tidak tampak lagi bibirnya yang seksi dan menor. Batang hidungnya yang besar dan menonjol juga tidak kelihatan. Organ-organ cantiknya tersembunyi di balik masker kain, termasuk dagunya yang terbelah.

Namun, kondisi tersebut mendatangkan keuntungan tersendiri bagi Rumi. Para ibu yang biasanya berbelanja di pasar atau di tempat lain, sekarang beralih melarisi dagangannya. Dahulu jumlah pelanggan dari kampungnya hanya sekitar 15 orang per hari, kini ia harus melayani 35 sampai 40 pelanggan per hari.

Rumi juga mematuhi himbauan social distancing atau jaga jarak yang gencar diserukan oleh pemerintah guna memutus mata rantai penyebaran virus corona. Pelanggannya juga sudah menyadari akan hal tersebut. Mereka berbelanja secara bergantian.

"Siang, Bu Rina." sapa hangat Rumi.
Rina membalas sapaan Rumi dengan senyuman. Lalu buru-buru memilih barang belanjaan yang dibutuhkan. Padahal kemarin-kemarin, Rina setidaknya menghabiskan waktu 30 menit untuk berbelanja. Bukan karena bingung akan berbelanja apa, tapi karena lama mengobrol.

"Kepala ikan manyungnya berapaan, Mbak?"

"Lima belas ribu aja, Bu."

"Bungkuskan satu..."

Iya, Rina sengaja membelinya satu saja. Hanya suaminya yang doyan kepala ikan manyung. Dimasak dengan kuah santan, dicampur dengan terong.

Rumi sudah mengetahui kebiasaan Rina, karena sudah cukup lama menjadi pelanggannya. Bahkan ia menangkap dari cerita Rina setiap kali berbelanja, kalau Rina selalu mengutamakan suaminya. Penjual sayur yang berusia sekitar 40 tahun itu acapkali berdecak kagum, setiap Rina menceritakan apa-apa yang menjadi kesukaan suaminya. Sementara ia di rumah selalu memasak sesuai seleranya sendiri.

"Tambah ini, Mbak!" Rina menyodorkan bayam satu ikat, 2 papan tempe dan sebungkus tahu putih.

GLOBALISASI

Globalisasi adalah suatu proses dimana semua penduduk di dunia ini bisa saling terhubung bertukar segala sesuatu tanpa terikat b...