Suasana depan rumah Mita tampak sepi. Angin berembus, dedaunan mangga di halaman rumah bergoyang. Dengan langkah kecil, Mita menuju tempat diletakkannya ember berisi air dan sabun cair. Ia mencuci tangan seperti yang diajarkan gurunya di sekolah.
Semenjak pandemi virus Corona merebak, Mita terbiasa mencuci tangan pakai sabun sebelum masuk rumah. Ia melakukannya agar terhindar dari risiko terinfeksi virus Corona sekaligus membantu pencegahan penyebaran virus. Lebih-lebih pada masa new normal ini, ia sudah masuk sekolah lagi. Ia sangat berhati-hati.
"Assalamu'alaikum." teriak Mita di depan rumahnya. Seperti biasa, tanpa menunggu jawaban dari dalam ia langsung masuk rumah.
"Wa'alaikumsalam."
Tiba-tiba langkah Mita terhenti begitu mendengar suara bapaknya. Rupanya Mita tak melihat bapaknya yang sedang membetulkan kipas angin dinding di pojok ruang tamu.
"Kenapa kipasnya, Pak?"
"Baling-balingnya gak bisa muter."
"Minta ganti tuh, Pak."
"Bisa jadi. Tapi kan belum ada uang untuk beli yang baru, Mit."
Kipas angin itu sudah menempel di dinding ruang tamu 10 tahun lamanya. Dulu dibeli dengan uang THR yang didapat bapaknya waktu masih bekerja.
Sekarang sudah hampir lima tahun ia tak lagi bekerja sebagai buruh pabrik. Ketika itu disuruh menandatangani surat PHK, dengan alasan krisis dan penyusutan karyawan.
Sejak saat itu, kepala rumah tangga yang harus menghidupi keluarganya membuka usaha reparasi perkakas elektronik. Dengan modal pesangon dari pabrik yang tak seberapa, ia membeli kios kecil di pinggir jalan. Agak jauh dari rumahnya.
Mula-mula, sejumlah pelanggan pun terus berdatangan untuk menyervis elektronik kepadanya. Selain harganya murah, tidak butuh waktu lama bagi pria bernama Darto untuk memperbaiki barang-barang tersebut.
Namun hal itu tidak serta merta menjadikan usahanya mulus. Ia pernah ditipu oleh beberapa pelanggan yang mengaku tidak memiliki uang setelah menyervis barang.
Meski demikian, bapak dari tiga anak ini enggan mempermasalahkan. Ia yakin rezeki sudah diatur dan dibagi dengan adil. Sebagaimana firman Allah dalam Al Qur'an Surat Asy Syura ayat 27, yang artinya "Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat."
'Klunting'
Ada baut jatuh di bawah kursi tempat Darto berdiri. Ia minta tolong Mita untuk mengambilkan benda kecil itu.
"Mit, tolong ambilkan itu!" Jari telunjuk Darto menunjuk baut yang berada di bawah kursi.
Sambil memegang kaos kaki yang baru dilepas, Mita jongkok memungut baut itu. Kemudian dengan jinjit memberikannya.
"Lho... Anak manis udah datang. Dari tadi ibu menunggu. Tumben sampe sore pulangnya?" ujar ibunya yang agak khawatir dengan keadaan anaknya.
"Maafin Mita ya Buk. Abis tadi lama nunggu angkotnya. Akhirnya Mita dianter lagi sama Nia."
Yanti, ibunya Mita terdiam. Ia mendekati Mita dan memeluknya. Dielus-elus kepala anak gadisnya yang terbalut kerudung putih itu.
"Buk, Mita salat asar dulu yah..."
Wanita berusia empat puluhan itu menatap mata Mita. Ia mengangguk, senyum kecil mengembang di wajahnya. Lalu pelukannya dilepaskan.
Dengan langkah tergesa, Mita berjalan menuju kamar.
'Meooong.'
Tanpa sengaja kaki Mita menginjak kucing yang tengah tertidur pulas di depan pintu kamarnya. Meski hanya terinjak ekornya, kucing itu tetap mengeong juga.
"Maaf ya puuussss..." Ujar Mita seraya
menaruh tas di meja belajar.
Mita sengaja tak berganti pakaian dulu. Ia bergegas mengambil wudu kemudian salat.
(Bersambung)
Keren mbak Siswi...
BalasHapusMakin hidup ceritanya...
Lanjutkan !!!
Insya Allah, Ustadz...
BalasHapus🙏🙏🙏