Umayah, biasa disapa Mbah Yah. Usianya hampir delapan puluh tahun. Suaminya, seorang tukang kayu yang meninggal tiga puluh tahun yang lalu. Dari pernikahanya ia dikaruniai satu anak laki-laki.
Sebagian besar umurnya ia habiskan untuk mengabdi pada pemilik toko serba ada. Kurang lebih selama empat puluh tahun. Bukan sebagai pramuniaga, tapi menjadi asisten rumah tangga. Berangkat pagi pulang petang. Saking lamanya, sampai tidak tampak lagi hubungan antara pembantu dan majikan. Kedekatan mereka sudah seperti keluarga.
Dari upah yang ia terima, bisa untuk menopang kebutuhan hidup keluarganya. Walau upahnya tak begitu besar, ia bisa menyekolahkan anaknya hingga STM (sekarang SMK), membeli tanah dan merenovasi rumahnya. Bahkan semenjak anaknya berkeluarga, ia bisa menabung.
Umumnya, menabung itu untuk bekal di hari tua. Tapi tidak untuk Mbah Yah, impiannya lebih jauh ke depan. Ia mengumpulkan uang sedikit demi sedikit untuk bersedekah, membeli kambing kurban dan berinfak ke surau atau masjid. Setiap surau samping rumahnya mengadakan perbaikan, ia pasti ikut menyumbang. Dan yang tidak pernah terlewatkan, setiap berangkat jama'ah subuh ia selalu memasukkan uang ke kotak infak.
Setelah ia tidak bekerja menjadi asisten rumah tangga, ia mengangkat dirinya sebagai cleaning servis surau. Tanpa ada yang meminta, ia menyapu, mengepel, dan membersihkan tempat wudu seminggu tiga kali. "Untuk menambah bekal." Begitu setiap ditanya, mengapa ia mau melakukan semua itu. Bahkan bahan dan alat kebersihan juga ia beli dengan uangnya sendiri. Selain itu, ia juga mengisi hari tuanya dengan mengikuti pengajian di hari Senin, Rabu, dan Kamis.
"Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula)." (QS. Ar-Rahman: 60)
Nah sekecil apapun perbuatan baik yang kita lakukan, pasti akan dibalas dengan perbuatan baik juga. Begitupun yang dialami oleh Mbah Yah. Dari dulu selalu saja ada orang yang berbuat baik kepadanya. Apalagi sekarang, sejak ia tidak bekerja ada yang menjatah makanan, ada yang menyokong dalam bentuk uang, dan ada yang membiayai saat dia sakit.
Kebaikan bisa dilakukan siapa saja, tanpa memandang status sosial. Jika Mbah Yah dalam keterbatasannya tidak pernah berhenti melakukan kebaikan. Barangkali kita yang dalam keadaan berkecukupan mestinya tidak boleh kalah.
Semoga Allah melimpahkan banyak kebaikan pada kita dan memberi kekuatan pada kita untuk selalu melakukan kebaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar