“Dan Kami ciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan supaya kalian mengingat akan kebesaran Allah.”
(Q.S Adz-Dzariyat: 49)
Oleh : Siswi Mardiastuti
|
“Mbak, aku
kesal sama kelakuan Mas Hadi. Tiap habis mandi, handuknya selalu ditaruh di
atas tempat tidur. Sudah ku ingatkan berkali-kali, masih saja begitu. Tadi pagi
juga.” Dengan sangat jengkel Tina menceritakan perilaku buruk suaminya pada Nunung,
sahabatnya di tempat ia bekerja.
Nunung merespon
curahan hati Tina dengan melontarkan pertanyaan, “Terus handuk itu kau biarkan
sampai suamimu pulang?”
“Tidaklah…
Pasti ku letakkan lagi di rak.”
“Bagus… Memang
begitu seharusnya.” Nunung memuji Tina dengan mengacungkan dua jempolnya.
“Harus?” tanya
Tina sambil mulutnya menjorok ke depan.
Jadi aku
juga harus menata sepatunya yang setiap pulang kerja ditinggal begitu saja di
teras? Capek deh.” lanjut Tina sembari menepuk jidatnya.
”Kalau
menurutmu?” Nunung tidak menjawab pertanyaan sahabatnya itu, tapi malah melempar
pertanyaan balik.
“Kita kan
sama-sama bekerja. Kalau menurutku… Yah, sebaiknya saling membantu. Tidak harus
semua aku yang mengerjakannya.” Tina membeberkan maksud hatinya.
“Lalu,
sudah kau sampaikan hal itu pada suamimu?”
“Kalau aku
marah-marah, seharusnya dia paham tanpa aku jelaskan.”
“Tina
sayang… Kenyataannya, apakah suamimu sudah paham?”
Tina
terdiam. Kelihatannya ia sedang berpikir, jangan-jangan selama ini suaminya
memang belum memahami keinginan hatinya.
***
Setiap
Selasa sore, Tina aktif mengikuti pengajian Ibu-ibu di kampungnya. Biasanya ia
berangkat langsung dari kantor. Ia khawatir kalau pulang dulu ke rumah, merasa
berat untuk pergi lagi. Alasannya pasti ada-ada saja. Seperti, anaknya tidak
mau ditinggal, pekerjaan rumah menumpuk, hujan, dan segudang alasan lainnya. Tina
tak ingin melewatkan kesempatan baik itu. Ia tak ingin menyia-nyiakannya.
Selepas pulang taklim
pekanan sore itu, Tina seperti merasa diingatkan lagi untuk kesekian kalinya. Yakni
mencintai hanya karena Allah. Cinta karena Allah dalam penjelasan
Ustazahnya tentang cinta terhadap pasangan hidup.
Ikhlas merupakan tombol
'power' cinta karena Allah. Insya Allah jika ikhlas mencintai pasangan hanya
karena Allah, hidup akan aman, tentram dan bahagia.
Setiap pasangan pasti ada
masalah dalam mengarungi bahtera rumah tangganya. Namun masalah tersebut tidak
akan terasa berat bila sejak awal ikhlas menerimanya. Masalah kecil tak akan
menjadi besar. Bahkan yang bukan masalah tak akan jadi masalah.
Handuk dan sepatu yang tidak
pada tempatnya pun tak akan menjadi pemicu masalah. Karena bagi pasangan yang
ikhlas, cintanya hanya karena Allah, handuk dan sepatu bisa jadi ladang pahala.
Uraian singkat yang
disampaikan Ustazahnya sangat menyentuh hati Tina. Ia jadi teringat unek-unek
yang dicurahkannya pada Nunung tiga bulan yang lalu. Ia jadi malu pada dirinya
sendiri. Memang tak seharusnya ia
menuntut kesempurnaan Mas Hadi, suaminya. Justru semestinya ia harus menyadari
bahwa suaminya hanya manusia biasa yang jauh dari kata sempurna. Sehingga wajib
ikhlas menerima segala kekurangannya.
Memahami satu sama lain
menjadi sangat penting untuk bisa menjalani hubungan yang harmonis. Langgengnya
hubungan tak berbanding lurus dengan berapa lama saling mengenal satu sama
lain. Namun kuncinya terletak pada komunikasi yang baik.
Subhanallah... mantab mbak siswi pencerahannya....
BalasHapusBelajar dan terus belajar, Ustadz...
HapusMbae.... Agak-agak aku ceritanya. Cuma aku ga suka curhat ke orang, hehhehehe.... Ditunggu cerita berikutnya.
BalasHapusIya, emang seharusnya Tina kayak Mbak Leni gitu... 😍 Semua segera datang ide ya Mbak...
Hapus