Sabtu, 27 Juni 2020

CINTA KARENA ALLAH



“Dan Kami ciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan supaya kalian mengingat akan kebesaran Allah.” 
(Q.S Adz-Dzariyat: 49)

Oleh : Siswi Mardiastuti



T
iga tahun delapan bulan dua puluh satu hari, usia pernikahan Tina dan Hadi. Mungkin belum cukup lama untuk mengenal dan memahami satu sama lain dalam sebuah maghligai rumah tangga.



“Mbak, aku kesal sama kelakuan Mas Hadi. Tiap habis mandi, handuknya selalu ditaruh di atas tempat tidur. Sudah ku ingatkan berkali-kali, masih saja begitu. Tadi pagi juga.” Dengan sangat jengkel Tina menceritakan perilaku buruk suaminya pada Nunung, sahabatnya di tempat ia bekerja.

Nunung merespon curahan hati Tina dengan melontarkan pertanyaan, “Terus handuk itu kau biarkan sampai suamimu pulang?”

“Tidaklah… Pasti ku letakkan lagi di rak.”

“Bagus… Memang begitu seharusnya.” Nunung memuji Tina dengan mengacungkan dua jempolnya.

“Harus?” tanya Tina sambil mulutnya menjorok ke depan.

Jadi aku juga harus menata sepatunya yang setiap pulang kerja ditinggal begitu saja di teras? Capek deh.” lanjut Tina sembari menepuk jidatnya.

”Kalau menurutmu?” Nunung tidak menjawab pertanyaan sahabatnya itu, tapi malah melempar pertanyaan balik.

“Kita kan sama-sama bekerja. Kalau menurutku… Yah, sebaiknya saling membantu. Tidak harus semua aku yang mengerjakannya.” Tina membeberkan maksud hatinya.

“Lalu, sudah kau sampaikan hal itu pada suamimu?”

“Kalau aku marah-marah, seharusnya dia paham tanpa aku jelaskan.”

“Tina sayang… Kenyataannya, apakah suamimu sudah paham?”

Tina terdiam. Kelihatannya ia sedang berpikir, jangan-jangan selama ini suaminya memang belum memahami keinginan hatinya.

***

Setiap Selasa sore, Tina aktif mengikuti pengajian Ibu-ibu di kampungnya. Biasanya ia berangkat langsung dari kantor. Ia khawatir kalau pulang dulu ke rumah, merasa berat untuk pergi lagi. Alasannya pasti ada-ada saja. Seperti, anaknya tidak mau ditinggal, pekerjaan rumah menumpuk, hujan, dan segudang alasan lainnya. Tina tak ingin melewatkan kesempatan baik itu. Ia tak ingin menyia-nyiakannya.  

Selepas pulang taklim pekanan sore itu, Tina seperti merasa diingatkan lagi untuk kesekian kalinya. Yakni mencintai hanya karena Allah. Cinta karena Allah  dalam penjelasan Ustazahnya tentang cinta terhadap pasangan hidup.

Ikhlas merupakan tombol 'power' cinta karena Allah. Insya Allah jika ikhlas mencintai pasangan hanya karena Allah, hidup akan aman, tentram dan bahagia.

Setiap pasangan pasti ada masalah dalam mengarungi bahtera rumah tangganya. Namun masalah tersebut tidak akan terasa berat bila sejak awal ikhlas menerimanya. Masalah kecil tak akan menjadi besar. Bahkan yang bukan masalah tak akan jadi masalah. 

Handuk dan sepatu yang tidak pada tempatnya pun tak akan menjadi pemicu masalah. Karena bagi pasangan yang ikhlas, cintanya hanya karena Allah, handuk dan sepatu bisa jadi ladang pahala.

Uraian singkat yang disampaikan Ustazahnya sangat menyentuh hati Tina. Ia jadi teringat unek-unek yang dicurahkannya pada Nunung tiga bulan yang lalu. Ia jadi malu pada dirinya sendiri.  Memang tak seharusnya ia menuntut kesempurnaan Mas Hadi, suaminya. Justru semestinya ia harus menyadari bahwa suaminya hanya manusia biasa yang jauh dari kata sempurna. Sehingga wajib ikhlas menerima segala kekurangannya. 

Memahami satu sama lain menjadi sangat penting untuk bisa menjalani hubungan yang harmonis. Langgengnya hubungan tak berbanding lurus dengan berapa lama saling mengenal satu sama lain. Namun kuncinya terletak pada komunikasi yang baik.

4 komentar:

  1. Subhanallah... mantab mbak siswi pencerahannya....

    BalasHapus
  2. Mbae.... Agak-agak aku ceritanya. Cuma aku ga suka curhat ke orang, hehhehehe.... Ditunggu cerita berikutnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, emang seharusnya Tina kayak Mbak Leni gitu... 😍 Semua segera datang ide ya Mbak...

      Hapus

GLOBALISASI

Globalisasi adalah suatu proses dimana semua penduduk di dunia ini bisa saling terhubung bertukar segala sesuatu tanpa terikat b...