Kamis, 18 Juni 2020

JEJAK PENA MITA (1)

Begitu menginjakkan kaki di perpustakaan, suasana  begitu hening. Kaki Mita spontan berjinjit saking tak ingin mengusik ketenangan. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Terlihat beberapa siswa duduk di meja. Mereka sibuk dengan buku masing-masing. 

Mita menghampiri Winda yang sedang berdiri menghadap rak buku berwarna cokelat yang menjulang tinggi. Tangan halusnya memegang-megang buku yang berjejer rapi. 

"Win, kamu jadi ikut gak?" Kehadiran Mita mengejutkan Winda yang tengah asyik memilih-milih buku. 

"Ikut apaan?" Winda menoleh dan menjawab pertanyaan Mita dengan balik bertanya.

"Sasi Sabu." 

Winda belum sempat menjawab. Mita sudah mengulang pertanyaannya lagi, "Jadi ikut gak?"

Sebenarnya Mita tak sekadar memastikan, tapi sangat mengharapkan Winda untuk ikut Sasi Sabu. Kebetulan Winda pernah bercerita, kalau ia tertarik dengan dunia tulis menulis. Itulah alasan Mita mengajak Winda.

Sayangnya ia tak menjelaskan pada Winda tentang Sasi Sabu. Winda tampak kebingungan. Sepertinya ia benar-benar lupa. Lagian sudah sebulan yang lalu Mita memberitahukan hal itu. Dan waktu itu hanya sambil lalu.

Seraya mengingat-ingat, Winda menggandeng tangan Mita menuju tempat duduk yang tak jauh dari mereka berdiri. Akhirnya saking penasaran ia pun bertanya, "Mita, Sasi Sabu apaan sih?" 

"Windaaaaa... Sejak kapan kamu jadi pelupa?" 

"Sejak dapat kakak kamu." Sahut Winda bercanda.

"Win, serius nih. Beneran lupa ya?"

Winda mengangguk.

"Itu lho... Satu siswa satu buku."

Winda menepuk-nepuk jidatnya. "Astaghfirullah. Oh, iya yaaa..."

"Kapan paling lambat pendaftarannya, Mit?" lanjut Winda.

"Lima hari lagi. Nanti langsung mendaftar pada Bu Hasna ya."

Hasna, nama yang disebut Mita itu adalah salah guru Bahasa Indonesia di sekolahnya. 

"Eh, Mit! Itu pelatihannya dua hari kan?"

Mita mengiyakan.

"Kayaknya yang sehari barengan dengan acara pernikahan tanteku deh."

"Yaaaaaah.... Trus gimana dong? Please... Ikuuut ya. Biar aku ada temannya." bujuk Mita.

Winda mendongak, menggembungkan pipinya seraya berpikir.

Mita bersuara lembut. Ia berusaha merayu Winda, "Ayo dong, Winda... Mumpung ada kesempatan."

"Ya udah, gini... Aku ikut yang hari pertama aja ya?"

"Trus yang hari kedua mau datang di acara tantemu ?"

"Ya, iyalah."

"Okelah kalau begitu... "

Mita tampak senang. Akhirnya ada temannya dalam pelatihan nanti, walau hanya sehari. 

Beberapa menit kemudian mereka terdiam. Winda membuka lembaran demi lembaran buku yang ada di hadapannya. Sementara Mita hanya memandangi sahabatnya itu. 

"Win... Coba pikirkan lagi deh. Jangan sampai menyesal..." ujar Mita memecah keheningan.

"Sebenarnya aku sih pinginnya begitu. Tapi acara nikahan kan cuma sekali, Mit."

"Iya, ya... Kok aku jadi maksa. Heheheee..." kata Mita sambil tertawa. Padahal tak lucu, tapi ia merasa geli sendiri. Winda pun ikut tertawa. 

Bahkan suara tawanya sampai mengusik anak-anak di sekelilingnya. Semua mata menatap ke arah mereka. Spontan  mereka menutup mulut dengan telapak tangannya masing-masing. 

Ada anak laki-laki yang menyeletuk dengan nada ketus, "Ngganggu aja! Ini perpustakaan, bukan pasar!" 

"Maaf yaa..." ucap Mita dan Winda hampir bersamaan. 

Iya, tanpa sengaja mereka berdua telah membuat kegaduhan di perpustakaan. Berhubung termasuk pelanggaran ringan petugas perpustakaan hanya memberi sanksi pada mereka, berupa peringatan.

Suasana kembali sunyi. Mita menengok arloji di pergelangan tangan kirinya. 

"Winda, lima menit lagi masuk. Yuk kembali ke kelas!" 

Dengan gesit Winda mengemasi buku-buku yang tergeletak di meja. Tak lama kemudian, mereka meninggalkan tempat itu. 

(Bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

GLOBALISASI

Globalisasi adalah suatu proses dimana semua penduduk di dunia ini bisa saling terhubung bertukar segala sesuatu tanpa terikat b...