Tidak ada orang yang tidak menginginkan hidup bahagia. Apapun akan dilakukan untuk meraih kebahagiaan. Termasuk seorang tenaga kerja wanita dalam kisah berikut ini.
Sejak menikah, wanita paruh baya ini hanya mengurus rumah tangga sambil menjadi buruh cuci. Suaminya yang lulusan SMP bekerja serabutan. Mereka tinggal di sebuah rumah kayu, pemberian orangtuanya. Pasangan suami isteri itu dikaruniai tiga anak.
Suatu hari sang suami mengijinkan wanita tersebut untuk berangkat ke negeri jiran. Saat meninggalkan rumah, anaknya yang pertama dan yang kedua masih duduk di bangku SD. Sedangkan yang bungsu berumur 4 tahun. Tidak ada alasan lain bagi seorang ibu rela berpisah dengan keluarga selain ingin membahagiakannya. Ia bekerja menjadi asisten rumah tangga.
Lima tahun pertama gajinya cukup untuk memenuhi kebutuhan suami dan anak-anaknya. Alhamdulillah. Tahun berganti tahun, ekonominya pun kian meningkat. Sang suami berhasil menyisihkan uang kiriman untuk memperbaiki rumahnya, membeli TV yang lebih besar, dan sepeda motor.
Namun, sayangnya di tahun kesepuluh sang suami berulah. Ia mulai judi, minum minuman keras, dan parahnya lagi suka main perempuan. Kemudian singkat cerita, mereka pun bercerai. Anak-anaknya tetap diasuh bapaknya, karena ibunya melanjutkan pekerjaannya menjadi TKW.
Selama dalam pengasuhan bapaknya, anak-anak yang mulai beranjak remaja itu tak terkontrol pergaulannya. Anak sulungnya terlibat kasus narkoba. Yang perempuan hamil di luar nikah. Yang bungsu tidak mau bersekolah.
Bertambahnya materi tanpa diimbangi dengan bertambahnya iman akan berujung malapetaka. Seperti pada kisah di atas, dengan adanya peningkatan kondisi ekonomi tidak menjadikan mereka bersyukur dan makin dekat dengan Allah. Akan tetapi, justru membuat suami dan anak-anaknya terjerumus dalam kemaksiatan. Jangankan bahagia di akhirat, bahagia di dunia pun tak mereka dapatkan.
Naudzubillah min dzalik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar